Pagi ini tak secerah minggu kemarin,
sudah satu minggu terakhir selalu turun hujan. Aku harus kembali lagi ke rumah
sakit, namun rasanya sangat berat, ya.. maklum akhir-akhir ini aku di sibukkan
dengan berbagai kegiatan perkuliahan yang tak kunjung ada habisnya, tugas-tugas
yang harus segera di selesaikan. Hujan tak kunjung reda, di rumah tak ada orang
lain, adik perempuan ku dan ayah berada di RS untuk menemani ibu yang terkapar
lemah akibat serangan jantung.
Sudah seminggu lamanya ibu di rawat, HP ku
berbunyi pertanda ada pesan singkat masuk ternyata dari adik ku “mau jam berapa
ke rumah sakit lagi mas?” tidak langsung aku balas,aku terdiam cukup lama dan
tak lama kemudian aku tertidur,saat bangun aku langsung bergegas ke rumah
sakit, setelah sampai ku buka pintu kamar ruang rawat ibu seketika itu pula ibu
melihat ke arah ku.
Aku terdiam menelan ludah “akhh tubuh itu
masih terkapar lemah” lirihku dalam hati. Ibu tersenyum begitu teduh, simpul
senyum menghiasi wajah pucatnya. Aku menghampirinya, duduk di samping beliau
dan mencium tangannya. Begitu dingin, adikku tertidur di atas kursi
bersebelahan dengan ranjang ibu, ibu masih tersenyum, senyum itu begitu teduh
dan menenangkan.
Aku masih terdiam tertunduk aku malu melihat
wajah ibu “kenapa kau tertunduk nak?” aku masih terdiam, perlahan aku angkat
kepala ku sebisa mungkin tersenyum, aku tak tahu harus bicara apa. “bagaimana
kuliah mu hendra?” tanya ibu, aku terdiam mengambil nafas panjang “baik-baik
saja bu” jawabku dengan mengukir senyum kecil. Sejenak ibu terdiam mengambil
nafas panjang “bantu ibu duduk nak” aku langsung membantu ibu duduk dengan
posisi nyaman.
Ibu tersenyum “Hari ini adalah hari ulang
tahun mu nak” rasa bahagia tergambar di raut wajahnya. Aku bahagia ibu
mengingat hari ulang tahun ku meskipun dalam keadaan seperti itu yang aku
sendiripun lupa. “kalian berdua adalah harta yang paling berharga, tak mengapa
jika harus kehilangan yang lain asalkan bukan kehilangan kau dan adik mu” aku
terdiam tak ada satu kata terucap, air mata yang dari tadi aku tahan perlahan
menetes, aku malu.
Ingin sekali aku berucap kata-kata sayang
terhadap ibu, kata maaf namun rasanya sangat sulit. Dekapan hangat pelukannya
memberikan kenyamanan dan ketenangan yang sempurna, Malaikat ataukah Bidadari
entahlah menurutku IBU LEBIH SEMPURNA dari keduanya.
tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar