Senin, 06 Oktober 2014

LEBIH SEMPURNA



LEBIH SEMPURNA
Pagi ini tak secerah minggu kemarin, sudah satu minggu terakhir selalu turun hujan. Aku harus kembali lagi ke rumah sakit, namun rasanya sangat berat, ya.. maklum akhir-akhir ini aku di sibukkan dengan berbagai kegiatan perkuliahan yang tak kunjung ada habisnya, tugas-tugas yang harus segera di selesaikan. Hujan tak kunjung reda, di rumah tak ada orang lain, adik perempuan ku dan ayah berada di RS untuk menemani ibu yang terkapar lemah akibat serangan jantung.
            Sudah seminggu lamanya ibu di rawat, HP ku berbunyi pertanda ada pesan singkat masuk ternyata dari adik ku “mau jam berapa ke rumah sakit lagi mas?” tidak langsung aku balas,aku terdiam cukup lama dan tak lama kemudian aku tertidur,saat bangun aku langsung bergegas ke rumah sakit, setelah sampai ku buka pintu kamar ruang rawat ibu seketika itu pula ibu melihat ke arah ku.
            Aku terdiam menelan ludah “akhh tubuh itu masih terkapar lemah” lirihku dalam hati. Ibu tersenyum begitu teduh, simpul senyum menghiasi wajah pucatnya. Aku menghampirinya, duduk di samping beliau dan mencium tangannya. Begitu dingin, adikku tertidur di atas kursi bersebelahan dengan ranjang ibu, ibu masih tersenyum, senyum itu begitu teduh dan menenangkan.
            Aku masih terdiam tertunduk aku malu melihat wajah ibu “kenapa kau tertunduk nak?” aku masih terdiam, perlahan aku angkat kepala ku sebisa mungkin tersenyum, aku tak tahu harus bicara apa. “bagaimana kuliah mu hendra?” tanya ibu, aku terdiam mengambil nafas panjang “baik-baik saja bu” jawabku dengan mengukir senyum kecil. Sejenak ibu terdiam mengambil nafas panjang “bantu ibu duduk nak” aku langsung membantu ibu duduk dengan posisi nyaman.
            Ibu tersenyum “Hari ini adalah hari ulang tahun mu nak” rasa bahagia tergambar di raut wajahnya. Aku bahagia ibu mengingat hari ulang tahun ku meskipun dalam keadaan seperti itu yang aku sendiripun lupa. “kalian berdua adalah harta yang paling berharga, tak mengapa jika harus kehilangan yang lain asalkan bukan kehilangan kau dan adik mu” aku terdiam tak ada satu kata terucap, air mata yang dari tadi aku tahan perlahan menetes, aku malu.
            Ingin sekali aku berucap kata-kata sayang terhadap ibu, kata maaf namun rasanya sangat sulit. Dekapan hangat pelukannya memberikan kenyamanan dan ketenangan yang sempurna, Malaikat ataukah Bidadari entahlah menurutku IBU LEBIH SEMPURNA dari keduanya.
tamat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar