Desa
Morkepek
Morkepek adalah salah satu desa yang ada dikecamatan
labang kabupaten bangkalan yang berada di pulau garam Madura. Pada saat ini
desa tersebut sudah mulai dikenal oleh masyarakat karena desa tersebut berada
pada jalur jembatan suramadu. Penduduk desa morkepek mayoritas seorang petani,
namun sekarang sudah mulai merangkap dua yaitu pedagang kaki lima dipinggir tol
jalan suramadu.
Sejarah terbentuknya desa morkepek ada banyak versi
cerita yang berbeda-beda namun pada akhirnya intinya sama. Berdasarkan cerita
salah satu masyarakat morkrpek, konon katanya ada seorang musafir tengah
beristirahat di daerah tanpa nama itu (Morkepek) yang dikarenakan kelelahan
dalam perjalanan. Musafir tersebut kehausan sehingga mencari sumber air di
sekitar tersebut dan akhirnya berhenti disebuah kumpulan pohon bambu untuk
bernaung dan sambil berdo’a untuk menemukan air.
Tidak lama kemudian sang musafir masuk kedalam rumunan
bambu dan secara mengejutkan musafir tersebut melihat sebuah sumur
ditengah-tengah rumunan bambu. Musafir tersebut menghampiri sumur dan ternyata
sumur tersebut masih aktif dan airnya pun jernih, hilanglah rasa haus sang
musafir itu. Dalam keadaan terduduk dan bersandarkan pada pohon bambu si
musafir termenung dan berfikir dari mana datangnya sumur tersebut padahal tak
ada seorangpun di daerah tersebut. Tanpa panjang lebar musafir itu memberi nama
daerah tersebut dengan nama “ Somor Tekepek “ yang dalam bahasa indonesia
artinya sumur yang terhimpit.
Seiring berjalannya waktu akhirnya sumur tersebut dikenal
oleh banyak orang bahkan menetap didaerah tersebut karena terdapat sumber air. Tidak
lama kemudian ada mitos yang mengatakan bahwa setiap setahun sekali ada
keajaiban mengenai sumur itu yaitu air dari sumur itu berubah warnanya yang
diyakini bahwa perubahan air sumur itu menyebabkan air tersebut tidak boluh
diminum karena diyakini air berwarna itu adalah racun.
Sampai sekarang tidak ada yang tau siapa yang membuat
sumur itu bahkan dipercaya kalau sumur itu muncul sendiri tanpa ada yang
menggali. Peristiwa tersebut sampai sekarang masih menjadi cerita dan belum
diketahui kebenarannya, hal tersebut dikarenakan sesepuh atau nenek moyang desa
tersebut juga mendengar cerita tersebut yang belum diketahui kepastiannya.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar