Sabtu, 20 September 2014

Ketika Cinta Bersabar


Ketika Cinta Bersabar
 

       Aku adalah seorang penulis novel namaku Dinda, sore ini aku berangkat bersama mama tepat setelah sholat asar kami tunaikan . Aku tidak pernah tahu teman mama yang satu ini, menurut mama anak dari temannya itu sangat cocok untuk di jadikan menantu nya sesuai dengan kriteria yang mama inginkan,akupun hanya menghela nafas. Hari demi hari telah aku jalani ternyata nanti malam keluarga dari teman mama yang bernama bu Ningsih akan berkunjung ke Rumah untuk mengikat tali Silaturahmidi antara keluarga kami.

      Adzan magrib pun berkumandang langsung aku menunaikan sholat magrib bersama keluarga, pukul tujuh lewat dua puluh lima menit keluarga dari bu Niingsih ( teman mama ) datang. Mama dan papa menyambut mereka dengan hangat dan gembira, aku tidak ikut menyambut mereka karena aku sedang sibuk membuat minuman dan menyiapkan kue-kue kering di belakang, hatiku tiba-tiba saja berdesir saat mama menyebut nama yusuf.

      Jantung ku berdegup dengan kencang dia adalah seorang laki-laki yang aku sukai saat bertemu di toko buku Minggu lalu, Mama berkata “dinda....!!”, lamunan ku tersadar saat mama memanggil ku “iya ma...,?” dinda menjawab, aku bergegas melangkah dan dan menemui mereka di ruang tamu, aku langsung menyalami keluarga bu Niingsih, “ini ya,yang namanya nak dinda? Hm.. cantik sekali” kata bu Niingsih, aku pun hanya mengulas senyuman karna malu tentunya.

        Aku langsung meminta izin untuk pergi ke belakang mengambil minuman yang sudah aku buat dan kue-kue yang telah aku siapkan untuk di hidangkan pada keluarga yusuf,saat keluarga bu Niingsih mengatakan akan meminang ku hatiku benar-benar kaget sekaligus senang mendengarnya kemudian mama meminta persetujuan pada ku,dengan malu-malu aku mengatakan bahwa aku menerimanya semua yang ada di ruangan pun tertawa bahagia tapi tidak dengan yusuf,dia hanya menatap kedua orang tua nya lalu menundukkan kepala.

         Semuanya telah di tentukan resepsi pernikahan jatuh pada tanggal 01 November 2014, yusuf cukup memberikan ku seperangkat alat sholat,satu buah Al-qur’an,sebuah cicin emas,dan hafalan surat al ikhlas. Sebelum hari pernikahan itu tiba yusuf memberikan ku sepucuk surat,hatiku begitu gembira mendapatkan surat dari seseorang yang sebentar lagi akan menjadi suami ku ketika aku mulai membacaisi serat itu bukan kesenangan melainkan kepedihan yang aku rasakan ternyata yusuf tidak benar-benar mencintaiku,dia hanya terpaksa meminangku karna ingin melihat kedua orang tuanya bahagia.

          Hari pernikahan pun tiba,aku duduk bersanding dengan yusuf,ku lihat wajahnya terlihat murung dan tak bersemangat,aku merasa sepi. Mulai hari ini aku harus menjalani kehidupan ku yang baru dengan seorang suami yang tidak pernah mencintaiku, aku merasa sendiri saat ini. Hanya kesabaran yang dapat menguatkan aku. 

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar