Aku adalah seorang penulis novel namaku Dinda, sore
ini aku berangkat bersama mama tepat setelah sholat asar kami tunaikan . Aku
tidak pernah tahu teman mama yang satu ini, menurut mama anak dari temannya itu
sangat cocok untuk di jadikan menantu nya sesuai dengan kriteria yang mama
inginkan,akupun hanya menghela nafas. Hari demi hari telah aku jalani ternyata
nanti malam keluarga dari teman mama yang bernama bu Ningsih akan berkunjung ke
Rumah untuk mengikat tali Silaturahmidi antara keluarga kami.
Adzan
magrib pun berkumandang langsung aku menunaikan sholat magrib bersama keluarga,
pukul tujuh lewat dua puluh lima menit keluarga dari bu Niingsih ( teman mama )
datang. Mama dan papa menyambut mereka dengan hangat dan gembira, aku tidak
ikut menyambut mereka karena aku sedang sibuk membuat minuman dan menyiapkan
kue-kue kering di belakang, hatiku tiba-tiba saja berdesir saat mama menyebut
nama yusuf.
Jantung ku
berdegup dengan kencang dia adalah seorang laki-laki yang aku sukai saat
bertemu di toko buku Minggu lalu, Mama berkata “dinda....!!”, lamunan ku
tersadar saat mama memanggil ku “iya ma...,?” dinda menjawab, aku bergegas
melangkah dan dan menemui mereka di ruang tamu, aku langsung menyalami keluarga
bu Niingsih, “ini ya,yang namanya nak dinda? Hm.. cantik sekali” kata bu
Niingsih, aku pun hanya mengulas senyuman karna malu tentunya.
Aku
langsung meminta izin untuk pergi ke belakang mengambil minuman yang sudah aku
buat dan kue-kue yang telah aku siapkan untuk di hidangkan pada keluarga
yusuf,saat keluarga bu Niingsih mengatakan akan meminang ku hatiku benar-benar
kaget sekaligus senang mendengarnya kemudian mama meminta persetujuan pada
ku,dengan malu-malu aku mengatakan bahwa aku menerimanya semua yang ada di
ruangan pun tertawa bahagia tapi tidak dengan yusuf,dia hanya menatap kedua
orang tua nya lalu menundukkan kepala.
Semuanya telah di tentukan resepsi pernikahan jatuh pada tanggal 01
November 2014, yusuf cukup memberikan ku seperangkat alat sholat,satu buah
Al-qur’an,sebuah cicin emas,dan hafalan surat al ikhlas. Sebelum hari
pernikahan itu tiba yusuf memberikan ku sepucuk surat,hatiku begitu gembira
mendapatkan surat dari seseorang yang sebentar lagi akan menjadi suami ku
ketika aku mulai membacaisi serat itu bukan kesenangan melainkan kepedihan yang
aku rasakan ternyata yusuf tidak benar-benar mencintaiku,dia hanya terpaksa
meminangku karna ingin melihat kedua orang tuanya bahagia.
Hari pernikahan pun tiba,aku duduk bersanding dengan
yusuf,ku lihat wajahnya terlihat murung dan tak bersemangat,aku merasa sepi.
Mulai hari ini aku harus menjalani kehidupan ku yang baru dengan seorang suami
yang tidak pernah mencintaiku, aku merasa sendiri saat ini. Hanya kesabaran
yang dapat menguatkan aku.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar