BELAJAR
BERSEPEDA
Akhirnya
liburan sekolahpun tiba, saat itu aku di ajak oleh ayah untuk belajar
bersepeda, ayah menantangku bisa atau tidak. Jika aku berhasil aku dijanjikan
oleh ayah sebuah hadiah, namun tantangan ini sangatlah sulit bagiku, tantangannya
adalah aku harus bisa bersepeda dengan dua roda. Whattttt.........?!!! Padahal
aku tak bisa menggunakan sepeda roda dua hanya bisa bersepeda dengan roda
empat.
Dua
roda di depan dan belakang, dua roda kecil lagi di samping roda besar yang ada
di bagian belakang, pagi-pagi sekali, di hari yang cerah dan udara yang begitu
sejuk aku sudah siap untuk belajar bersepeda di halaman rumah dengan di temani
ayah. Kali ini bukan empat roda melainkan tiga roda, satu roda kecil yang
berada di samping sebelah kanan roda besar di lepas.
Aku
begitu takut, namun ayah memberikan ku semangat dan berkata “kamu pasti bisa!!”
akupun tersenyum. Ok akhirnya ayah menyuruhku untuk mencobanya, awalnya aku tak
mengerti cara menyeimbangkan diri dan hampir saja terjatuh untung saja ada ayah
yang menemaniku, ketakutanpun sudah aku rasakan tapi ayah tetap mensuport ku
^_^. Saat aku mengayuh sepeda, ayah memegang sepeda bagian belakang untuk
berjaga-jaga agar aku tak jatuh.
Setelah
beberapa kali aku coba ternyata aku bisa, yeay...., eitssss....... tapi masih
ada tahap selanjutnya. Setelah ayah sudah yakin bahwa aku bisa, beliau mencopot
lagi roda yang ada di samping sebelah kiri, WOW... inilah tantangan yang
sesungguhnya, aku harus mencoba bersepeda dengan menggunakan dua roda. Ayah
menyuruhku untuk menaiki sepeda itu, aku menggelengkan kepala pertanda bahwa
aku tak mau menaikinya, ayah terus mensuportku, akhirnya aku mau menaiki sepada
itu.
Seperti
biasanya ayah memegang sepeda di bagian belakang, aku memohon pada ayah agar beliau
tak melepaskan pegangannya, saat pertama kali mengayuh sepeda awalnya biasa
saat di pertengahan aku terjatuh,coba lagi, jatuh lagi. Namun saat ke tiga
kalinya aku memohon pada ayah agar tak melepaskan pegangannya lagi, aku
mengatakan itu dengan nada yang hampir menangis dan jengkel pada ayah. Saat
mengayuh sepeda untuk yang ke tiga kalinya aku memberanikan diri karena ayah
sudah berjanji, dan tak ada kekhawatiran dalam diriku.
Di
pertengahan saat aku mengayuh sepeda, ayah melepaskan pegangannya, mata ku
tetap lurus ke depan tak menoleh sedikitpun karna takut jatuh, saat aku
berbelok dan melihat ayah sedang tersenyum sambil melambaikan tangan padaku,
aku baru sadar bahwa ayah tak menemaniku. Di situ aku benar-benar sangat
bahagia karena tak sia-sia aku berlatih sampai terjatuh beberapa kali hingga
berdarah, itu pengalaman yang luar biasa, saat itu juga ayah memberikan ku
hadiah yeay..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar