Minggu, 23 November 2014

KACA DIRI



KACA DIRI
              
Saat itu, saat dimana Aku kehilangan orang yang terpenting dalam hidupku. Aku terpaku disuatu tempat, tempat dimana aku merasa tenang. ya,itu adalah atap rumah yang sunyi, lembab dan menurutku itu sangat nyaman. Aku adalah seorang laki-laki yang sering mereka bilang sebagai orang aneh dan hinaan lainnya karena aku sangat suka menyendiri dan tentu saja menyukai kesunyian sementara remaja seumuranku sedang senang-senangnyamenyukai seseorang,bercanda dan segala yang berhubungan tentang remaja.

Namun itu tak terjadi padaku, Aku merasa nyaman selama kesunyian dan kegelapan menyelimutiku. Dulu aku layaknya remaja lainya bercanda, tertawa bersama tapi semua berubah setelah aku kehilangan orang-orang yang terpenting dalam hidupku, ya tepat mereka adalah keluargaku yang satu per satu meninggalkanku. Aku merasa dunia ini tak pernah adil, Aku merasa bosan dengan semua sandiwara yang tak tau kapan tanggal kadaluarsanya.

Semua datang dengan begitu cepat seperti kilatan mata yang mengisaratkan kebencian. Aku dapat merasakan mereka (keluarga) ada di setiap angin yang berhembus lemah yang saat ini menerpa tubuhku seperti sentuhan lembut yang mengisaratkan ketenangan pada hidupku. Aku tidak sendiri ditempatkan ini, disini aku ditemani kaca tua peninggalan kakekku. Hanya kaca tua ini yang menemaniku,hanya dia.

            Ku tatap diri ini di depan kaca tua berbahan kayu jati yang kokoh berhiaskan perak disekelilingnya yang berestetika tinggi dan di dalamnya menyimpan 1000 arti. Aku bertanya pada diriku sendiri haruskah aku tetap seperti ini atau kembali seperti dulu, membuka diriku pada dunia, sebegitu konyolnyakah diriku dibingungkan dengan 2 pilihan yang bagi sebagian orang begitu mudah.

            Masih termenung dengan tatapan kosong yang ku arahkan kedepan menatap cahaya matahari yang begitu menyilaukan menghunus pupil mataku namun tak ada reaksi yang ku lakukan, tetap pada kekhawatiran ku untuk membuka diri dan aku masih tak ingin dunia melihatku, kebingungan membelenggu jiwa ku. Biarlah waktu yang menentukan apakah tetap seperti ini atau aku akan membuka diri pada dunia dan akan kutunjukkan siapakah diriku sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar